Monday, February 2, 2015

Untittle



“bersikaplah dewasa!”                   
Teriakan itu menghentikanku berlari. Terengah engah dan berusaha mengisi rongga paru paruku dengan banyak oksigen agar proses glikolisis tetap berjalan untuk memenuhi energiku. Langkah itu semakin dekat menghampiriku. Menggenggam tangan kananku. Menariknya dan ..
“plakk!!”
Ia membelalakkan matanya. gadis itu menambah memar di pinggiran bibirku dengan kukunya. Anyir. Mungkin ini rasa darah,batinku. Ia meremas lenganku,dengan kasar ia ia membentur-benturkan dahi nya dan mulai menangis.
“ Bersikaplah dewasa. Bersikaplah seperti seorang pria. tenanglah.” Teriaknya lagi.
Tangan ini bergerak sendiri memeluk pinggang dan leher gadis itu. Semakin merekatkan pada tubuhku. Membagi kehangatan di tumpukan salju yang mulai menutupi sebagian tubuh kami. Berbagi oksigen dengan pernafasan sirkuler. Saling berkelit hingga terasa seperti tak ingin terpisahkan. Cairan saliva memisahkan kami. Aku memandangnya. Mata itu, berwarna abu-abu yang berkilauan. Hidungnya memerah karena semakin dingin. Dahinya menempel pada dahiku. aku masih menangis seperti anak kecil. Terisak isak seperti anak yang tersesat.
“kau mau aku bersikap dewasa?” tanyaku perlahan.

***
“apa benar benar pengakuan dosa ini dilakukan didepan api unggun dengan semua siswa yang masih berkumpul seperti ini?” tanyaKu ragu. Mataku berkeliling seperti mewaspadai sesuatu. Tidak, ia mencari seseorang.
“yoi,bro~ disini cukup ramai. Mereka tak akan memperhatikanmu.” Subaru merangkul pundakku untuk memeperkuat keyakinan ku sebagai sahabatnya.
“emm.. sou ka.” aku menunduk lagi.
“dosa apa itu? Apa kau pernah melakukan suatu hal yang mesum?hahahaha” tawa Subbaru meledak seketika.
“sayangnya itu benar.” Jawabku lirih. Kemudian ia melangkah menauhi Subaru dan semakin mendekati api unggun.
Aku mendekatkan ke api. Merasakan hangatnya. Bunkasai musim panas ini harus bisa membakar semua dosa dosaku. Dosanya malam itu bersama Nana. Nana. Pelacur yang membodohiku. Yang menjadikan aku jatuh cinta, dan menyampakkanku begitu saja. Pelacur yang tidak kan pernah membiarkan hidupku tenang. Bahkan tersenyumpun amat sulit. Yamamoto Nana. Ia selalu berkata mencintaiku tapi tak pernah berhenti untuk tidur dengan pria lain yang mentraktirnya makan. Ia selalu menghabiskan sisa hidupnya dengan babak belur. Dia sangat bodoh. Ia selalu memegang tanganku, menggenggamnya hangat lalu menarikku mengikuti permainannya. Mengatakan setiap malam bersamaku adalah malam yang indah,tapi tak pernah berhenti untuk tidak melayani pria lain selain aku. Ia selalu menangis padaku, meninggalkan jejak basah didadaku. Merembuat kusut bajuku karena ia memelukku, meremas bajuku dengan ledakan amarahnya. Yamamoto Nana, pelacur yang tak pernah sadar bahwa ada pria yang benar benar mencintainya seumur hidupnya.
“Haru…Haaaruu?’
“eh..”
“kau ,, kau berkeringat… kau terlalu dekat dengan api.”
 Tangan kecil itu menarikku mejauh dari api. Memberikanku kehangatan yang lain. Membuatku tak berdaya. Iya. Tak berdaya. Lututku melemah dan  tak sanggup berdiri lagi.
“Haru.. !” teriak Tachibana. Ia membawaku dalam pelukannya. Pelukan yang hangat di musim panas.
“jika ada yang menyakitimu,aku akan datang menyelamatkanmu. Seperti saat ini, saat kau jatuh. Aku akan bersamamu. Mendekapmu dan menuntunmu dengan caraku.”
“Tachibana.. selamatkan aku. Selamatkan aku.” Teriakku dalam pelukannya.


Semenjak malam itu, aku dan Tachibana resmi berpacaran. Kita selalu pulang sekolah bersama. Aku selalu mengantarnya hingga halte bus. Kadang kita mampir untuk membeli roti daging kukus, kroket, atau mampir kesalah satu restoran makanan  cepat saji. Setiap sabtu kita juga berkencan. Nonton film, ke planetarium, ke kebun binatan kecil (isinya bayi binatang saja),bahkan kita menghabiskan malam dengan bercerita masa kecil kita sambil berpelukan hingga pagi. Dia berbeda. Tidak pernah memperbolehkan aku menyentuhnya. Tak seperti Nana. Pelacur. Yang tidak sadar betapa aku mencintainya lebih dari Tachibana hingga saat ini.
Tepat di hari ‘satu tahun’ kebersamaan kami, aku ingin sekali mengajaknya ke pantai. Aku ingin memanjakannya. Membahagiakannya. Membalas budi atas semua cinta yang selama ini tulus dia berikan padaku. Aku akan menggendongnya disepanjang pinggiran pantai. Memeluknya saat ombak menghantam. Bahkan aku sangat bersedia tenggelam untuk menyelamatkannya dari segala bahaya yang ada. Aku telah menyiapkan minuman minuman buah segar dalam kotak pendingin kecil milik ibu yang ku pinjam. Aku membawa sun block agar dia tidak terbakar teriknya matahari. Aku seperti seorang ibu yang pertamakali membawa anaknya berlibur. Memalukan. Aku sangat berlebihan. Aku bahkan tidak bisa tidur semalam. Bahkan aku sempat panic baju apa yang pantas aku gunakan hari ini.
Aku berjalan sambil memikirkan apa yang akan dipakai Tachibana. Apa kah dia memakain waju yang senada denganku, apa dia akan memelukku saat kita bertemu. Atau dia hanya tersenyum simpul sambil memandangiku.
‘sebentar lagi sampai’ batinku. Aku bukan lagi berjalan. Tapi berlari. Berlari untuk segera menemui Tachibana.
“plak”
Aku membelalakkan mata melihat Tachibana memegang pipinya sambil terkejut memandangi seseorang yang sepertinya ku kenal.
“Nana!”
“Haru-kun… siapa gadis jalang yang sedang kau kencani ini. lihatlah.. apa bagusnya dia! Mukanya seperti bayi, dadanya rata. Bajunya tidak modis. Dan lihatlah..ayo lihatlah. Gadismu buruk sekali!” Nana menarik kalung Tachibana yang berliontin daun berwarna merah keemasan.
“apa maksudmu! Jangan ganggu dia!” teriakku.
“Haruu-kun, apa gadis ini tidak tahu siapa aku? Apa gadis ini tidak tahu siapa yang memelukmu setiap malam? Apa gadis ini tidak tahu siapa yang sangat kau cintai?” teriak Nana lagi didepan Tachibana.
“Haru-kun. . apa kau masih berhubungan dengannya?” tanya tachibana pilu.
“apa ini hadiah satu tahun kita bersama” tanya nya lagi.
“Haru.. apa kau mencintai gadis ini?” tachibana mendekat, menemas gulungan kemeja disikuku. Wajahnya mengerikan. Pucat. Penuh kegelisahan. Aku melihat Nana. Dia tersenyum. Tersenyum dengan lebarnya.
“aku berjanji tidak akan melepaskanmu sampai kapanpun,Haru” suara Nana setahun yang lalu kembali menggema di otakku. Berputas putar menghasut alam bawah sadarku. Aku memang masih menghubungi Nana. Aku memang masih mencintainya. Tapi aku tidak tidur dengannya. Aku tidak mengkhianati Tachibana. Aku hanya tidak mengatakan yang sejujurnya.
“HARU..! JAWAB GADIS JALANG INI SIAPA AKU. JANGAN JADI SEORANG PENGECUT” Nana berteriak kencang hingga seluruh mata yang melintas tertarik melihat kami. Seperti itu gambaranku. Manusia memang tertarik akan masalah orang lain tanpa membantu menyelesaikannya.
“Ta..Tachibana-san..” sial. Aku kelu.
“aku..memang masih mencintai Nana, aku berhubungan dnegannya. Te..tet.. tapi aku tidak…”
“CUKUP! Aku pulang”
 Tachibana berjalan meninggalkanku dan Nana. Aku un tak bisa melakukan apapun. Mengejarnya hanya sia sia. Ia akan membenciku. Sangat membenciku. Nana memelukku. Mendekapku erat dan menyeretku mengikuti langkahnhya. Entah apa lagi yang akan dia lakukan dalam hidupku. Aku tetap mengikutinya.
Setelah kejadian itu, Tachibana mendiamkanku. Mencampakkanku. Bahkan ia enggan melihatku. Dia tidak pernah mau berurusan denganku lagi. Merasa bersalah padanya. Aku sangat mencintai Nana. Entah mengapa bodoh sekali aku saat ada Nana disampingku. Hari hari selanjutnya, Nana juga mulai meninggalkanku. Ia kembali bermain dengan banyak pria. Berdansa ditengah malam dan kembali saat matahari mulai muncul. Ia mulai berani mabuk. Pelacur. Bahkan aku menyalahkan diriku sendiri saat aku tahu Nana melakukan hal itu. Seperti semua ini salahku tidak bisa menemani Nana hingga ia harus ditemani pria lain untuk membahagiakannya.
“jika ada yang menyakitimu,aku akan datang menyelamatkanmu. Seperti saat ini, saat kau jatuh. Aku akan bersamamu. Mendekapmu dan menuntunmu dengan caraku.”
“Tachibana Mei, masihkah ada kesempatan kedua”

***

Gadis itu mengangguk lembut. Menatapku dengan begitu hangat.mata itu membuatku berjanji. Hanya dia yang begitu aku cintai selama ini. Bukan pelacur itu. Aku sadar aku hanya membutuhkan Nana untuk nafsuku. Nana yang mengajari aku menjadi lelaki brengsek. Tapi Tachibana merubahku menjadi seorang pria.Tachibana mei, seseorang yang datang padaku, membenarkan kembali jalanku. Mengembalikanku kearah yang benar. Menyanggaku setiap kali aku jatuh pada Nana. Membela harga diriku didepan Nana. Bahkan aku tau betapa bodohnya kenapa setahun saat aku berpacaran dengan Tachibana aku masih menghubungi Nana. Aku begitu bodoh dan mesum.
Tachibana begitu baik, memaafkanku setelah 3 minggu kita tak saling bicara. aku menembaknya lagi. Aku menginginkan dia kembali. Tapi Tachibana hanya berkata,’ jalani saja apapun yang bisa kita hadapi didepan. Jangan berjanji.’ Aku tau aku tak kan termaafkan. Dan saat aku benar benar baik dengan Tachibana. Nana kembali. Kali ini Tachibana yang membela ku. Ia membuatku menegaskan perasaanku. Menuntunku untuk memilih. Tapi bibir ini tidak berhenti meneriakkan nama Nana. Nana kembali tersenyum. Entah kenapa aku hanya bisa lari dan melarikan  diri seperti seorang pengecut. Tachibana mengejarku. Menarikku. Meneriakiku. Mencakarku. Menamparku berulang ulang.hingga aku sadar aku ada dalam peluknya. Hangat. Hingga aku lupa,ini bukan musim panas, ini bukan akhir bunkasai 2 tahun lalu. Dan ini bukan pertama kali aku merasakan wangi vanilla di bahunya.





“Tachibana mei, menikahlah dengan ku”



NB: gomen.. pake nama bermacam macam chara. Dan hampir menyerupai kebuntuanku. Ah sudahlah~ maafkan bila ini tidak bagus mengganggu atau semacamnya. Aku hanya buntu :” .kritik dan sarannya yah. Makasih makasihh /bow

Monday, March 31, 2014

Tahu diri


“eh”
“heh”
Aku yang hanya bisa mematung dan ber ‘eh’ ‘eh’ ria sambil tercekat melihatnya. Ia hanya menyapaku sebentar. Tak menatap mataku dan pergi. Lututku terasa gemetar dan lemas. Aku merasa diriku tak cukup sanggup berdiri dan berpijak. Sosok itu. sosok yang selama ini membuatku bertahan . Yang sekarang ku jadikan alasan untuk pergi sesegera mungkin. Sosok yang pernah membuatku bernafas sebegitu leganya. Sekarang terasa sesak bagiku.

Aku hanya bisa menghela panjang dan kembali kekelas. Terduduk dalam lamunanku. Aku menulis namanya tebal tebal di halaman paling belakang buku fisika ku. Mencoret coret halaman terakhir itu dengan namamu. Namamu. Namamu lagi. Hingga penuh namamu. Rasanya sesak saat melihatmu lagi. Merasa benar benar lemah dalam menguasai emosi. Ini jelas merusak segalanya. Segalanya yang telah aku susun lagi setelah dihancurkan olehmu. Aku berusaha mengembalikan serpihan serpihan puzzle yang sempat kamu curi. Dan kamu kembalikan dalam bentuk pecah belah. Dan saat aku berusaha menatanya kembali. Kamu datang lagi 

Rasa rindu itu membuatku semakin membenci saat saat seperti ini. Saat saat aku ingin membentuk kehidupan yang baru,begitu susahnya untuk aku tidak mengingatmu. Disetiap hal yang aku lakukan, disetiap keadaan yang aku rasakan, disetiap musim yang terus berganti. Tak henti hentinya kenangan itu mengahntuiku. Sungguh aku tidak pernah menyesal mencintai pria sepertimu. Pria cerdas penuh ambisi. Pria yang penuh tanggung jawab dan percaya diri. Pria yang angkuh dan keras kepala. Pria yang tidak pernah peka terhadap perasaanku. Mungkin aku salah. Salah terhadap penilaianku terhadapmu. Kamu yang begitu engerti peasaanku. Kamu pernah menangis saat aku benar benar takut kehilanganmu. Kamu menangis bersamaku. Aku ingat itu, kamu berusaha membuatku tanang dengan menggenggam tanganku. Hal yang akan membuatku semakin terlihat lemah dihadapanmu. Aku menangis dihadapanmu. saling berteriak saling berusaha mengerti. Dan dari segala hal yang ku ucap agar kau bertahan. Tak pernah kau sadari aku begitu kehilangan. Kehilangan genggaman hangat itu.
Sebenarnya tak cukup buatku hanya sekedar meng’eh-eh’mu. Aku masih ingin mengobrol banyak denganmu. Hampir setahun ini aku tak pernah tahu kabarmu. Tak pernah dengan celoteh tentang keluargamu, tak pernah mendengar kegilaanmu dengan teman sekelasmu ,dan tak pernah lagi saling berbicara dari hati ke hati. Aku masih ingin berlama lama menatapmu. Menikmati sorotan tajam mata hazzel silinder dengan frame kotak senada dengan warna lensa hazzelmu.

Tidak tidak. Ini sudah cukup. Cukup untuk membayangkan semua ini! lebih baik membiarkanmu pergi. Menuruti apa keputusanmu. Daripada harus mengingat semua kebaikanmu. Semua rasa yang membuatku nyaman. Semua hal yang membuat aku merasa bahwa kau mencintaiku. Aku harus mengorbankan kenangan itu untuk hidupku. Aku menyerah mencintaimu. Aku terlalu lelah bertanya tanta tentang sikapmu. Aku terlalu lemah untuk menguasai pikiran ku dan hatiku karenamu. Aku lelah. Aku menyerah. Pergilah !

 tapi, tanganku tidak berhenti menulis namamu..


Hai selamat bertemu lagi

Aku sudah lama menghindarimu

Sialku lah kau ada di sini

Sungguh tak mudah bagiku

Rasanya tak ingin bernafas lagi

Tegak berdiri di depanmu kini

Sakitnya menusuki jantung ini

Melawan cinta yang ada di hati

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil

Pabila kau muncul terus begini

Tanpa pernah kita bisa bersama

Pergilah, menghilang sajalah lagi

Bye selamat berpisah lagi

Meski masih ingin memandangimu

Lebih baik kau tiada di sini

Sungguh tak mudah bagiku

Menghentikan segala khayalan gila

Jika kau ada dan ku cuma bisa

Meradang menjadi yang di sisimu

Membenci nasibku yang tak berubah

Dan upayaku tahu diri tak selamanya berhasil

Pabila kau muncul terus begini

Tanpa pernah kita bisa bersama

Pergilah, menghilang sajalah lagi

Berkali-kali kau berkata kau cinta tapi tak bisa

Berkali-kali ku telah berjanji menyerah

Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil

Dan upaya ku tahu diri tak selamanya berhasil

Pabila kau muncul terus begini

Tanpa pernah kita bisa bersama

Pergilah, menghilang sajalah

Pergilah, menghilang sajalah

Pergilah, menghilang sajalah lagi

 Maudy ayunda-- Tahu diri

Tuesday, March 11, 2014

simple: Aku Kamu dan tak akan pernah menjadi Kita

simple: Aku Kamu dan tak akan pernah menjadi Kita: Dalam kondisi seperti ini, aku tak tahu siapa yang akan tahan dan tetap tinggal. Bertaruh harga diri dengan keegoisan. Atau memilih mu...

Aku Kamu dan tak akan pernah menjadi Kita



Dalam kondisi seperti ini, aku tak tahu siapa yang akan tahan dan tetap tinggal. Bertaruh harga diri dengan keegoisan. Atau memilih mundur dengan kesadaran. Cinta dan logika. Professional dan emosional. Dan aku telah memilih tetapi tetap meragu di balik segala kesadaran.

Setelah bertahun tahun dengannya, menghabiskan ratusan hari dengan raganya. Menghabiskan jutaan detik demi bersamanya yang terlihat sia sia saat aku merasa sakit. Dan kembali memaafkan saat aku kembali merasakan sebuah harapan. Banyak hal yang terasa hambar karena terlalu sering dirasakan. Tapi denganmu, hal yang sering dilakukan dan terkesan basi sangatlah dinanti. Dan anehnya, saat rasa sakit karena mu terasa lagi dan lagi, aku sudah tidak tau bagaimana rasanya. Seperti sudah bosan meratapinya. Dan akhirnya semua hilang terbawa arus.

Berjalan beriringan denganmu. Seperti kita berada di dua dimensi yang beerbeda. Tak ada bayanganmu yang ku ikuti dan kamu tak peduli dengan aku yang membayangimu. Kita hidup di alam kita sendiri. Dalam satu dunia yang sama. Berpijak pada tanah yang sama. Bernafas dari udara yang sama. Tapi bukan dari dengan rasa yang sama. Entah siapa yang lebih merasakan nikmatnya dunia ini. tapi kurasa, kita tidak benar benar tertawa dengan kebahagiaan yang sesungguhnya.

Aku pernah berada dikamarmu. Kamu bilang kamu sangat beruntung karena kamu bisa melihat indahnya bintang dan bulan yang menerangi malam. Kamu bisa menikmati lucunya kasih sayang kucing kucing liar. Dan kamu bisa merasakan sejuknya angin malam. Tapi tidak denganku. Dengan disediakannya kamarku yang dilantai atas, rasanya sungguh terkutuk. Aku takut gelap aku takut sepi. Aku takut bertemu makhluk tuhan yang beda jenis denganku. Dan banyak keparnoan dalam hidupku yang tidak pernah kau rasakan. 

Aku suka membaca novel, dengan genre romantis, dan picisan. Aku suka mendengarkan music yang sesuai dengan keadaanku. Tepat dengan apa yang ingin ku utarakan tapi aku tak sanggup mengatakannya. Aku suka memasak. Apalagi untuk orang yang aku cintai. Untuk orang yang dengan tulus menikmati masakanku. Untuk orang yang tersenyum setelah menikmatinya. Tidak denganmu. Kamu suka membaca novel yang terlihat menakutkan. Penuh misteri dan logika. Mendengarkan music yang semangat, atau hanya karena melodinya indah. Kau tidak pernah mengutarakan perasaanmu dengan lagu. Sekalipun pernah kau lakukan itu,tak ada lagu yang benar benar sesuai hatimu. Kamu suka membuat film. Obsesimu menjadi sutradara handal yang memperbaiki kualitas perfilman negeri. Apalagi saat kamu melihat film negeri yang mulai memperbaiki kebobrokannya,kamu semakin terpacu untuk menjadi bagian didalam sejarah.

Kamu alergi udang. Kamu sangat suka durian. Kamu suka masakan ibumu. Kamu cerewet dalam menilai menu makanan. Kamu tidak terlalu suka kopi dan keluargamu punya sebutan khusus untuk sambelgoreng kentang ati. Aku jatuh cinta dengan udang dan sangat suka mengolah masakan udang. Aku suka masakan nenekku. Dan aku menerima apa adanya makanan yang dihidangkan. Aku sangat menggilai kopi. Dan keluargaku yang masih banyak anak batitanya selalu membuat istilah istilah baru yang akan popular di keluarganya.

Kamu suka musim hujan, dengan petir-petir yang menyambar. Dengan suasana basah dan dingin. Kamu suka dengan keadaan sendu saat hujan. Bermain main dalam hujan dan menikmati sakit karenanya. Aku suka musim gugur. Bunga bunga yang mulai rontok. Daun daun kering yang diterpa angin. Suara kicau burung yang tiada henti. Dan tentu saja ice cream yang setia menemani.

Begitu banyak perbedaan bukan? Itu semua saat rasionalku sedang berjalan. Saat otakku terus bekerja memikirkan bagaimana aku bisa bertahan selama itu dengan perbedaan. Bagaimana aku bias jatuh cinta dengan hal yang memicu pertengkaran. Dan saat itu juga , saat aku memikirkan segala perbedaan itu, aku tau cinta tidak pernah bias memilih seperti apa orang yang akan kamu cintai. Dan alhasil semua kenyataan itu terbantahkan.

Kamu memang menyukai musim hujan, tapi kamu juga tidak akan bisa mengelak datangnya musim gugur. Aku pun demikian. Dan setelah ratusan hari yang pernah kita lewati,kita seing menikmati hujan berdua. Merasakan dinginnya air hujan dan mulai terasa hangat dilampu merah. Kita selalu datang ke taman saat musim gugur. Seperti adegan di video klip katamu. Dengan daun daun kering yang menguning dan diterpa angin, efek dramatis itu tak pernah terlintas kesedihan bukan?

Aku memang sangat mencintai udang,dan kamu alergi. Tapi tuhan itu adil saat ia memberikan penyakit,ia juga akan memberikan obatnya. Aku bisa mengolah udah hingga kamu tak perlu takut untuk merasakan alergi. Kamu suka durian dan  aku akan tetap tidak suka durian. Mungkin suatu hari aku akan mencoba memakannya bersamamu. Karena aku tau, denganmu penderitaan bukanlah masalah yang berarti. Kita tidak akan pernah menikmati kopi pahit. Aku akan membuat moccachino yang gurih untukmu. Dengan bubuk coklat ajaib yang akan membiusmu dan lupa rasa kopi yang begitu pahit. Dan kita akan membuat istilah istilah baru tentang kopi, durian, dan udang yang akan kita nikmati bersama sama dengan istilah dan rasa yang berbeda.

Suatu hari nanti aku akan menjadi penulis novel yang handal dengan karya karya best sellernya. Begitu denganmu, dengan film film berkualitas garapanmu kamu akan menjadi sutradara yang hebat. Kita bisa berkerja sama membuat sebuah fim dari novel novel best seller ku. Dan tentu saja kita akan menjadi salah satu bagian dari sejarah seni di tanah air kita tercinta.

Kita akan bersama sama menikmati malam dikamar atas dengan bulan dan bintang. Bersaing menunjukkan rasa sayang dengan kucing kucing liar, tanpa takut gelap atau diganggu makhluk makhluk lain. Aku tidak akan takut sendiri karena bersama mu. Dan aku tidak akan takut sepi karena menghabiskan malam dengan cerita dan cita mu sepanjang malam.

Dan sekalipun itu semua tidak akan pernah terjadi dalam kehidupan ini. Dengan semua prediksi tanpa rasional yang aku buat. Aku tidak akan takut untuk bermimpi dan berharap, mungkin di kehidupan selanjutnya kamuah milikku..




nb: kayaknya sambil dengerin lagu Katy Perry- the one that got away oke guy's

selamat membaca dan sankyuu..

Thursday, March 6, 2014

Lorong gelap, motor , dan hati .

5 Maret 2014 pukul 21:20
kamu datang. lewat . lalu pergi..

aku tidak tahu sejak kapan keadaan seperti ini makin meruncing dan membeku. mungkin setelah pertengkaran itu. atau setelah kita menangis di teras rumahku. atau setelah kau tau perasaan ku. aku sudah lupa sejak kapan ada tembok besar dan kokoh itu. dan sejak kapan kau tak berani menatap mataku. kita hingga menjadi aku dan kamu. mungkin kamu juga tak begitu ingat sejak kapan kita begini. pertengkaran itu, air mata itu, itu sebelum ulang tahunku. ulang tahn terakhirku denganmu. kamu bahkan memberikan kejutan yang tak pernah terpikirkan olehku.iya aku ingat itu. tapi sejak itu, kamu tidak pernah kembali menjadi sahabatku dulu.



mungkin jika lorong lorong yang hampir gelap itu bisa bicara, mereka pasti sudah berteriak jengkel dengan apa yang kita lakukan sekarang. setahun yang lalu kita masih berjalan bersama dilorong itu. membagikan informasi tentang kegiatan sekolah. memarahi siswa siswi baru yang harus di tertibkan, atau hanya sekedar lewat sambil menakutiku di kelas paling angker di sepanjang lorong itu. hey, apa kau ingat? aku memelukmu disana.

aku selalu mengeluh dengan motormu yang sering membuatku 'kecantol' dengan pegangan belakangnya. setiap kau mengantarkanku dan aku memakai rok panjang, pasti ada bagian rok ku yang membuat susah saat turun. ya , aku memang suka berlama lama dimotormu. entah panas terik atau hujan badai. kamu menjadi sosok yang berbeda disana. membagi hidupmu, menceritakan tentang apa yang kau lihat , dan kamu tak membiarkan aku diam dibelakangmu. kita pernah membicarakan tentang perasaan, keluarga kita, organisasi yang kita jalani banyak. dan seperti pembicaraan anak muda biasanya. kita pernah melakukannya.

Beauty queen of only eighteen
She had some trouble with herself
He was always there to help her
She always belonged to someone else

I drove for miles and miles and wound up at your door
I've had you so many times but somehow I want more

I don't mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved
And she will be loved

Tap on my window, knock on my door
I want to make you feel beautiful
I know I tend to get so insecure
It doesn't matter anymore

It's not always rainbows and butterflies
It's compromise that moves us along, yeah
My heart is full and my door's always open
You come anytime you want, yeah.

I don't mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved
And she will be loved
And she will be loved
And she will be loved

I know where you hide alone in your car
Know all of the things that make you who you are
I know that goodbye means nothing at all
Comes back and begs me to catch her every time she falls

Yeah

Tap on my window knock on my door
I want to make you feel beautiful

I don't mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain, oh.
Look for the girl with the broken smile
Ask her if she wants to stay awhile
And she will be loved
And she will be loved
And she will be loved
And she will be loved

Please don't try so hard to say goodbye
Please don't try so hard to say goodbye

Yeah, yeah.

I don't mind spending every day
Out on your corner in the pouring rain

Please don't try so hard to say goodbye


kamu ingat lagu ini? kamu pernah memaksaku duduk disampingmu hanya untuk mendengarkan lagu ini. lagu yang ga pernah aku lupa. yang mungkin bakal aku imdes ke ask fm mu. banyak lagu lagu di playlistku yang tak jauh jauh darimu. karenamu.

entah dulu kita taruhan apa,yang membuatku menang dan membuatmu membelikan aku ice cream. ice cream yang selalu aku ragukan kehalalannya. dan entah mengapa saat aku mencoba menolak, kau selalu bis meyakinkan aku seyakin yakinnya.
dan truth or dare di malam yang ekstream itu, ahh.. kau selalu bilang tak mau disamakan dengan pria lain yang juga dekat denganku. dan saat kamu bertemu dengan orang yang disama samakan denganmu,kamu memandangnya tajam. aku tak tahu apa yang kamu pikirkan. yang aku tau kamu memperhatikannya.


sampai saat ini pun aku juga masih tidak tau bagaimana isi hatimu. sikapmu yang berbertolak belakang saat ada aku dan tak ada aku. tentang sikapmu yang tak berhenti mencariku saat kamu melewati lorong lorong gelap itu. dan sikapmu yang selalu tak acuh saat akubada disisimu. yang pernah kamu ucapkan diselipan doa ke tujuhbelasku, kamu inginkan aku tidak memilihmu.